Sabtu, 01 Juni 2019

Review Manajemen Strategi


REVIEW BUKU
PENGANTAR PUBLIC RELATIONS: TEORI DAN PRAKTIK
(KEITH BUTTERICK)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Public Relations dan Keprotokolan yang diajarkan oleh Bapak Aris Baharuddin, S.Pd., M.Ab






OLEH :
NAMA
NIM
KELAS
: NURUL AISYAH
: 1666040002
: B





PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019

Judul buku                  : Pengantar Public Relations :Teori dan Praktik
Penulis                        : Keith Butterick
Jumlah halaman          : 254 halaman
Penerbit                       : PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Cetakan                      : III
BAB                             : 15 BAB

Dalam buku Pengantar Public Relations ini terdapat 15 Bab yang membahas mulai dari asal mula Public relations atau biasa yang disingkat dengan PR hingga peluang berkarir di bidang Public relations.
BAGIAN PERTAMA : TEORI PUBLIC RELATIONS
BAB I TEORI PENGANTAR
      Teori PR sangatlah penting karena membantu para praktisi PR menjalankan tugasnya sehingga lebih baik dan lebih efektif. PR mulai muncul pada abad ke-20 yaitu usaha untuk memperoleh perhatian dan media yang sudah dijalankan sejak lama yang merupakan fungsi PR, sementara syarat utama PR adalah memiliki kemampuan untuk menulis rilis berita yang dipakai di media.
      Antara periklanan (advertising), dan PR biasanya bagi mahasiswa yang baru belajar tentang PR kesulitan membedakannya. Berdasarkan penelitian oleh Context Analytics (2009), PR memiliki peran yang lebih penting dari periklanan dalam hal mempertahankan merek (brand value). Adapun teori PR yang digunakan adalah teori Gruning.
BAB II
ASAL MULA PUBLIC RELATIONS
      Definisi PR dari rangkuman semua definisi penelitian Rex Harlow (akademisi Amerika Serikat) yang mengidentifikasi sebanyak 472 definisi yang telah dihasilkan, merangkum semua elemen dan menarik satu definisi global, yaitu : “PR adalah fungsi manajemen yang unik yang membantu membangun dan memelihara jalur komunikasi, memunculkan pemahaman, kerja sama antara organisasi dan publiknya; melibatkan manajemen permasalahan dan isu; membantu manajemen untuk terus menginformasikan dan tanggap terhadap opini publik; mendefinisikan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan umum; membantu manajemen untuk tetap mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif, melayani sebagai sistem peringatan dini untuk membantu mencegah kecenderungan negatif; dan menggunakan penelitian yang sehat dan etika komunikasi sebagai alat utamanya. (Harlow, 1976: 36). Dari berbagai definisi yang terus dikritisi, penulis mengambil satu definisi yang mungkin mewakili, yaitu menurut Cutlip, Center dan Broom (2000: 6) mendefinisikan bahwa, “Public Relations adalah fungsi manajemen yang mengidentifikasi, membangun dan mempertahankan hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dengan berbagai publik yang menjadi penentu kesuksesan dan kegagalannya.”
      Salah satu contoh kutipan orang yang menyampaikan sejarah PR, yaitu menurut Cutlip, dkk (2000: 102): Komunikasi informasi untuk memengaruhi pandangan dan tindakan dapat ditelusuri dari awal peradaban. Para arkeolog menemukan sebuah buletin di Irak yang mengatakan bagaimana para petani di tahun 1800 SM bercocok tanamn dan melakukan irigasi dengan baik. Publik relations telah digunakan berabad-abad yang lalu di Inggris, dimana saat itu Raja dijaga oleh Lord Chancellor sebagai “Penjaga suara hati raja”.
      Kajian antara teori dan praktik diilustrasikan oleh dua orang figur –Ivy Ledbetter Lee (1877-1934) dan Edward Bernays (1981-1955) – yang memberikan kontribusi tentang praktik PR. Menurut Lee, PR adalah ‘seni’ dimana kreativitas dan inovasi harus kritis, sementara Edward Bernays yang memperoleh pengaruh dari pamannya dari teori psikologi, Sigmund Freud, ia mengatakan bahwa PR bisa jadi ‘keilmuan’ praktis.
      Ada sebuah contoh praktik komunikasi yang disebut sebagai “the public be damned” dari PR, yang memberikan pelajaran besar. Istilah ini dikenalkan pertama kali oleh William Vanderbilt. Pada kasus itu ia ditanya oleh seorang reporter kenapa dia masih menjalankan perusahaan kereta apinya meski dalam keadaan rugi. Jawaban Vanderbilt adalah, “the public be damned. Apa peduli publik terhadap kereta api, kecuali mendapatkan harga serendah mungkin. Tentu saja kami ingin melakukan segala yang memungkinkan bagi kepentingan kemanusiaan secara umum, namun itu setelah pertama-tama kita meliha hal yang menguntungkan bagi diri kita sendiri.” Menurut Tedlow (yang dikutip dalam Pearson, 1992).
Awal mula terbentuknya ‘Press Release’ yang ditulis oleh Lee saat mendapat klien pertama pada tahun 1906 yaitu Pennsylvania Railroad Company (Harrison dan Moloney, 2004). Perusahaan ini terkenal tidak suka berbicara kepada jurnalis atau hanya sekedar memberi informasi, karena dengan mengkomunikasikannya mereka beranggapan telah mengakui kelemahan mereka. Lee mengubah praktik tersebut dengan membuka akses kepada jurnalis dan berbicara dengan mereka. Pada Oktober 1906, setelah peristiwa tabrakan kereta yang menewaskan 50 orang korbannya, Lee menulis apa yang disebut para ahli PR sebagai ‘Press Release’, pernyataan terbuka dari perusahaan kereta api Pennsylvania diterbitkan di New York Times dan mendapatakan penghargaan dari masyarakat atas keterbukaan dan kejujurannya. Dengan mensistematisasi komunikasi dan mendorong perusahaan untuk lebih terbuka, Lee memperlihatkan adanya manfaat dari komunikasi yang baik.
Edward Bernays yang lebih dikenal sebagai ‘Bapak PR’ yang mengenalkan sistem dan ilmu pengetahuan tentang PR. Ia sebagai keponakan psikolog Sigmund, dia mencoba untuk menggunakan pandangan pamannya untuk memanipulasi opini publik.
      Perkembangan internasional dunia PR dimulai dari negara yang memiliki hubungan kuat dengan Amerika Serikat.
      Umumnya aktivitas PR di sektor swasra dibatasi pada periklanan, tetapi kendati demikian kisah public relations mengenaik hubungan mereka dengan propaganda, citra para praktisi sendiri, dan struktur serta terminologi yang diadopsi dalam konsultasi, tetap penting. PR terbatas pada aktivitas semacam agen pers, perusahaan internasional dan organisasi nasional (L’Etang, 2004: 58)
      Teori komunikasi adalah studi tentang bagaimana cara manusia berkomunikasi satu sama lain. Faktor yang mendorongnya, adalah tumbuh dan berkembangnya media massa dan kemajuan teknologi komunikasi. Pertumbuhan media massa ini dibarengi dengan peningkatan dalam iklan. Maka berpengaruh dengan munculnya televisi, radio dan para pengiklan berusaha mencari tahu apakah penempatan iklan mereka akan memiliki dampak dan apakah cara ini akan membuat mereka menjadi lebih efektif (Littlejohn, 2002).
Ada beberapa model komunikasi yaitu model komunikasi Laswell (dan model linear yang dikembangkan oleh Claude Shannon dan Warren Weaver), Model Linier atau teori peluru (bullet theory), model komunikasi two step (seperti chat-rooms, message boards,  Myspace, YouTube dan blog)
      Penelitian komunikasi dan teori PR yang berhubungan dengan pengirim informasi dan penerimanya maka dalam teori komunikasi ada ‘audiens’ atau ‘massa audiens’ untuk mengenali karakter kelompok yang menjadi target komunikasi/ publik.
      Grunig dan Hunt dalam manajemen PR menymbangkan empat model berdasarkan kerja para praktisi, yaitu
1.    Agen pers/Model Publisitas
2.    Model informasi publik
3.    Model Dua-Arah Asimetris
4.    Model Dua-Arah Simetris
      The Excellence Project  yang merupakan panduan praktis bagi para praktisi PR yang diaplikasikan dalam PR dilihat dari pengertian tentang PR berikut.
Public Relations memberikan kontribusi pada keefektivitasan organisasi PR bisa membantu menyatukan antara tujuan organisasi dengan harapan dari khalayak sasaran. Kontribusi ini memiliki nilai ekonomis bagi organisasi. Public Relations memberikan kontribusi pada keefektivitasan dengan membangun kualitas hubungan jangka panjang dengan khlayak sasaran. Public Relations paling memungkinkan untuk memberikan kontribusi bagi keefektivitasan ketika senior PR manager adalah bagian dari koalisi dominan dimana dia bisa memiliki kekuasaan untuk membentuk tujuan organisasi dan membantu menentukan mana eksternal publik yang paling strategis. (Grunig, 1992: 156)

BAB III
PEMASARAN, PERIKLANAN & PUBLIC RELATIONS: EKSPLORASI DAN PENJELASAN MENGENAI PERSAMAAN DAN PERBEDAAN
      Fokus dari pemasaran adalah melayani penjualan. Pemasaran adalah cara bagaimana kita bisa mendapatkan pembeli atas barang dan jasa baik untuk pembeli atau beriklan, sedangkan PR adalah salah satu alat yang digunakan untuk menarik perhatian dan minat calon pembeli. Dapat dilihat pentingnya pemasaran bagi perusahaan yaitu melihat dua tipe bisnis yang berbeda, yaitu marked-let company (perusahaan yang berorientasi pasar) dan product-led company (perusahaan yang berorientasi pada produk).
      Dalam dunia pemasaran dikenal Marketing Mix yang digunakan pertama kali pada 1964 oleh Profesor Neil Borden. Elemen marketing mix yaitu Four P’s adalah produk (product), harga (price), lokasi (place), dan promosi (promotion). Adapun bentuk-bentuk pemasaran batu contohnya Google, pemasaran Gerilya dan pemasaran Virus (viral marketing) dan kampanye iklan menggunakan media sosial untuk menghasilkan brand awareness.
      Pada abad ke-21 periklanan menjadi bagian integral dari banyak kehidupan kita dan mendarah daging dalam kesadaran kita sehingga banyak orang percaya bahwa ekonomi tidak dapat berjalan tanpanya (Jefikins, 2000).
Argumen tentang iklan, ‘Dunia modern bergantung pada periklanan. Tanpa periklanan produsen dan distributor tidak akan mampu menjaul, pembeli tidak akan pernah tahu dan mengingat barang dan jasa, serta dunia industri modern akan mengalami kehancuran. (Jefkins &Yasdin, 2000: 2)
      Perbedaan PR dan periklanan menurut Brassington & Pettitt (2000: 783), bahwa “periklanan biasanya membahas tentang bagaimana berbicara dengan pelanggan atau calon pelanggan, PR mendefinisikan khalayak sasarannya jauh lebih luas, beberapa diantaranya bahkan tidak memiliki hubungan secara langsung secara bisnis dengan organisasi, dan dengan begitu PR memuat keragaman kebutuhan komunikasi yang luas dan tujuannya tidak selalu terarah pada penjualan.
      Marketing Public Relations (MPR) atau PR Pemasaran adalah PR yang secara khusus mendukung aktivitas penjualan. Tujuannya (didefinisikan oleh Kitchen, 2002) adalah untuk mendapatkan kesadaran dan membangun penjualan melalui hubungan antara konsumen dan merek.

BAB IV
MANAJEMEN REPUTASI
      Dowling (1994: 18) mendefinisikan reputasi perusahaan sebagai “hasil evaluasi (penilaian) yang menggambarkan citra perusahaan menurut masyarakat.”
Perusahaan yang memiliki reputasi baik lebih dihargai dinilai dari produk yang berkualitas, pelayanan terhadap pelanggan secara baik dan memenuhi apa yang diinginkan pelanggan. Sedangkan perusahaan dengan reputasi buruk sering memberikan pelayanan buruk sehingga dihargai dengan rendah dan menghasilkan kualitas produk yang buruk.
      Manajemen reputasi akan meningkatkan mutu PR, nilai kepercayaan terhadap PR dan peran sentral PR dalam organisasi.
      Menurut penelitian Weber Shandwick dan Reputation Institute (2006), ada 6 elemen inti yang secara bersama-sama membentuk bangunan reputasi perusahaan yaitu: Tanggung jawab, Komunikasi, Barang dan Jasa, Bakat, Matriks, dan Kepemimpinan.
      Faktor yang membantu perusahaan dalam membangun reputasi yang baik:
1.    Kualitas barang dan jasa
2.    Hubungan dengan pelanggan dan mendengar pendapat pelanggan
3.    Kepemimpinan perusahaan yang kuat serta struktur dan kultur perusahaan
4.    Pemenuhan kontrak
5.    Reputasi, gaya dan visi kepemimpinan dari seorang Chief Executive Officer
6.    Membangun profil media
7.    Relasi dengan warga masyarakat
      Persoalan yang dihadapi perusahaan ketika berhubungan dengan komunikasi online adalah kecepatan penyebaran informasi negatif  yang dapat merusak reputasi perusahaan. Kadang hal tersebut menyebabkan serangan publisitas yang hampit tidak dapat dikendalikan.
      PR dan manajemen reputasi berhubungan erat, namun keduanya memiliki fungsi  yang berbeda. PR lebih bersifat spesifik dan bertanggung jawab atas beberapa bidang seperti media relations, public affairs, crisi management, event management and branding. Sedangkan manajemen reputasi dalam pendekatannya lebih holistik dan melibatkan seluruh karyawan. Selain itu faktor-faktor yang dapat dipengaruhi oleh fungsi PR untuk membangun reputasi, yaitu Good Corporate Governance, Increased Share Value, A Reputation For Innovation, Corporate Social Responsibility (CSR), Peran dan kepemimpinan CEO perusahaan dan kepuasan karyawan.

BAB V
MANAJEMEN KRISI : BAGIAN PENTING DARI PUBLIC RELATIONS
      Tahun 1984, Lagadec mendefinisikan krisis sebagai “Suatu situasi dimana sejumlah organisasi dihadapkan dengan permasalahn yang genting, mengalami tekanan kuat yang berasal dari luar maupun situasi ketegangan sengit yang terjadi di dalam, kemudian secara brutal dan untuk jangka waktu yang panjang saling menyerang satu sama lain. Semua dalam suatu masyarakat komunikasi massa, dengan kata lain dalam kontak langsung, untuk selalu menjadi pemberitaan radio dan televisi dan pada media cetak untuk beberapa waktu (Ogrizek & Guillery, 1999)

      Elemen-elemem perencanaan krisis komunikasi yaitu :
1.    Perencanaan
2.    Tim manajemen
3.    Proses komunikasi
4.    Evaluasi pascakrisis

BAB VI
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN ETIKA
      Salah satu alasan mengapa industri memunculkan kritik adalah kapan pun pada saat politisi atau perusahaan bermasalah maka tindakan pertama yang dilakukan PR adalah selalu menjadi penasihat mereka. Namun ketika perusahaan memutuskan untuk menerima pekerjaan atas nama klien yang tercemar, ternyata justru menyebabkan turunya citra industri PR secara keseluruhan. Maka salah satu taktik yang paling kontroversial yang digunakan oleh konsultan PR adalah menciptakan Front organisation yaitu sebagai suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mewakili satu agenda yang dalam kenyataannya melayani beberap kelompok atau keinginan para sponsor yang tersembunyi atau jarang diungkapkan.
      Baker & Martinson (2002) mengatakan ada lima prinsip yang harus dipatuhi individu dalam melakukan pekerjaan, yaitu kebenaran (truthfulness), otentisitas (authenticity), rasa hormat (respect), keadilan (equity), dan tanggung jawab sosial (social responsibility).
      Grunig dan Hunt (1984) menyarankan bahwa apa yang dibutuhkan para praktisi PR adalah definisi umum mengenaik apa yang dimaksdu bersikap etis yang kemudian dapat diterapkan dalam situasi-situasi individu sebagaimana mereka muncul. Dua prinsip etika Grunig dan Hunda yaitu, praktisi PR yang etis (ethical practitioners) dan tindakan-tindakan praktisi yang etis harus sedapat mungkin tidak memiliki konsekuensi negatif bagi yang lain.
BAGIAN KEDUA : PRAKTIK PR
BAB VII RUANG LINGKUP PRAKTIK PR
      Ada dua alasan Inggris diakui sebagai paling maju di Eropa, yaitu kekutan dan karakteristik media Inggris telah merangsang pertumbuhan industri PR, dan lokasi Inggri merupakan lokasi penting untuk perusahaan PR Amerika yang ingin memperluas industrinya ke Eropa.
BAB VIII
IN-HOUSE PUBLIC RELATIONS
      Executive Director of Corporate Affairs and Communications General Dynamics –Mark Douglas- mendeskripsikan peran in-house PR, “ saat ini praktik in-house corporate memiliki perbedaan mencolok dibanding sepuluh tahun lalu. Dahulu semua kegiatan dilakukan dengan amatir, isi rilis pers didasarkan pada kesepatakan dengan perusahaan. Upah yang diterima PR sangat minim. Dan ketika masa-masa ekonomi yang buruk melanda, mungkin PR akan menjadi korban pertama yang diberhentika. Saat itu fungsi komunikasi perusahaan tidak dihargai. (CIPR/DTI Survey, 2006: 10)
      Komunikasi internal seharusnya dioperasikan menggunakan kode etik yang jelas dan menjadi : Transparan, Jelas, Singkat, Informatif, dan Independen.
      Budaya sebuah organisasi memengaruhi bagaimana cara karyawan berkomunikasi satu dengan lain, “Bilamana budaya organisasi mengakomodasi komunikasi sebagai aliran perintah satu arah dari supervisor kepada bawahan, maka komunikasi kurang unggul. Jika manajemen senior membuat keputusan strategis dengan cara yang sangat terpusat, mencari masukan hanya dari pihak yang memiliki kewenangan formal, maka PR kurang unggul (Dozier, 1995: 136)
BAB IX
KONSULTAN PUBLIC RELATIONS
      Konsultan PR berada dari beberapa kategori yang akan memberikan empat layanan, yaitu :
1.    Konsumen
2.    Keuangan
3.    Lobi dan hubungan publik
4.    Komunikasi-komunikasi korporasi
      Konsultan akan berada pada kategori :
1.    Kantor dari perusahaan PR Multinasional
2.    Konsultan-konsultan PR dengan jaringan regional
3.    Perusahaan besar tanpa jaringan Regional
4.    Perusahaan kecil dan menengah
5.    Para praktisi ‘Lifestyle’/ Freelance.
      Layanan yang diberikan oleh konsultan besar maupun kecil secara umum mencakup :
1.    Hubungan media
2.    Manajemen krisis dan isu
3.    Komunikasi internal/karyawan
4.    Perencanaan dan nasihat komunikasi strategis
5.    Pelatihan media
6.    Manajemen kantor berita eksternal
7.    Manajemen reputasi
8.    Manajemen acara

BAB X
STRATEGI, PENELITIAN, PENGUKURAN DAN EVALUASI
      Program PR yang ideal seharusnya berdasarkan pada struktur berikut ini :
ü  R : Research (Riset)
ü  A : Action (Aksi)
ü  C : Communication (Komunikasi)
ü  E : Evaluation (Evaluasi)
      Desain metode penelitian PR untuk melihat peran dan tempat organisasi dan setting organisasi di dunia, adalah :
1.    Audit komunikasi
2.    Sosial/ audit lingkungan/ pemindaian/ pemantauan
3.    Pemetaan pemangku kepentingan

BAB XI
MENEMPATKAN KAMPANYE PR YANG EFEKTIF KE DALAM SUATU  PRAKTIK
      Hubungan media dalam kampanye PR ada dua komponen, yaitu : Kepengarangan dan pendistribusian, dan berurusan dengan permintaan-permintaan media
      Mengidentifikai media kunci dan kontak terkait dengan target audiens kampanye dengan memilih satu diantara beberapa hal :
1.    Pers khusus / perdagangan
2.    Pers nasional
3.    Pers lokal
4.    Media penyiaran (radio dan TV)
5.    Media elektronik

BAB XII
KOMUNIKASI PERUSAHAAN & PR KEUANGAN
      Van Riel (2005) menyatakan bahwa komunikasi perusahaan :
Merupakan sebuah instrumen manajemen yang dengan seefektif dan seefektif mungkin mengharmonisasikan semua bentuk komunikasi internal dan eksternal yang digunakan secara sengaja, sehingga menciptakan basis menyenangkan bagi hubungan dengan kelompok di mata  organisasi tersebut bergantung.
      Ada tiga kegiatan pokok PR keuangan, yaitu :
-       Kalender keuangan
-       Aktivitas PR/ pemasaran seputas saran Initial Public Offering (IPO)
-       PR dalam perubahan struktur seperti pengambilan, merger, atau akuisisi.

BAB XIII
PEMERINTAH DAN SEKTOR PUBLIK
      Ada tiga elemen kunci dalam program-program pemasaran sosial :
1.    Tujuan utama dari capaian suatu kesejahteraan sosial tertentu (lebih dari sekadar keuntungan komersial)
2.    Sebuah proses bertahap yang sistematik untuk menjawab persoalan-persoalan jangka pendek, menengah dan panjang
3.    Penggunaan dari suatu rentang teknik-teknik dan pendekatan pemasaran untuk mencapai tujuan ini.
      Pemasaran produk memiliki 4 P (Product, Price, Place Promotion) dan menurut Austin dan Pinkleton (2006), pemasaran sosial memiliki 6-P yaitu : Public, Product, Price, Promotion, Positioning, Place.

BAB XIV
DARI KEGIATAN AMAL HINGGA SELEBRITIS: RAGAM DAN PERBEDAAN PRAKTIK PR
      Kegiatan PR memberi ruang bagi lembaga-lembaga amal untuk memantau kesaaran akan suatu kondisi dan perilaku publik terhadap mereka. Lembaga amal akan menggunakan beragam teknik dan berbagai kampanye dalam rangka untuk terus membangun audiens-audiens baru. Masalah lain yang dihadapi adalah terlalu banyak amal. Sebuah gejala dimana konsumen dihujani terlalu banyak pesan kampanye dan terlalu banyak permintaan untuk berdonasi. Sebagai hasilnya mereka menjadi bingun atau justru menjadi tidak peka.
      Lembaga-lembaga amal berkampanye mulai dari menggerakan publisitas untuk menggalang dana hingga mencoba merubah RUU atas nama anggota mereka untuk melawan RUU yang berdampak merugikan.
Adapun cara lembaga amal berkampanye, yaitu melalui :
1.    Selebritis
2.    Olahraga
3.    Sponsorship

BAB XV
PELUANG PR (DAN ANDA) SELANJUTNYA
      Tantangan terbesar yang dihadapi industri PR adalah bagaimana secara kolektif merespon perubahan yang bersifat teknologi dan tantangan konsekuensi struktural yang disajikan oleh distribusi elektronik baru.
      Berikut kualitas dari PR, yaitu :
1.    Kemampuan untuk bekerja sama
2.    Kemampuan komunikasi verbal dan tertulis
3.    Pengorganisasian
4.    Imajinasi
5.    Kemampuan untuk meneliti dan mempelajari
6.    Berpikir sendiri dan menunjukkan inisiatif
7.    Kesabaran dan akal sehat
8.    Antusiasme dan komitmen
9.    Kemampuan untuk bekerja dibawah tekanan
10.  Kapasitas untuk beradaptasi dan belajar dalam kondisi yang berbeda
11.  Siap untuk terus mempelajari keterampilan dan kemampuan baru.





KEPROTOKOLAN
      Dari segi bahasa, protocol berasal dari bahasa latin protocollum, yang terdiri atas kata yaitu protos dan kolla, yang artinya lembar pertama dari dokumen resmi (the first leaf of legal document).
      Protokol adalah serangkaian aturan-aturan keupacaraan dalam segala kegiatan resmi yang diatur secara tertulis maupun dipraktekan, yang meliputi bentuk-bentuk penghormatan terhadap negara, jabatan kepala negara atau jabatan menteri yang lazim dijumpai dalam seluruh kegiatan antar bangsa.
      Aktivitasnya terdiri atas 5 hal yaitu:
1.    Tata ruang
2.    Tata upacara
3.    Tata Tempat
4.    Tata Busana
5.    Tata Warkat
      Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1987 Tentang Keprotokalan bahwa jenis-jenis kegiatan keprotokolan meliputi:
1.    Umum/Kenegaraan
2.    Universitas/Perguruan Tinggi/kedinasan instansi.
Jenis kegiatan yang bersifat umum, dapat pula berlaku di tingkat Universitas/Perguruan Tinggi/ Kedinasan instansi, antara lain berbentuk:
1.    Upacara Pelantikan dan serah terima jabatan
2.    Upacara penandatangan naskah kerjasama
3.    Upacara Sumpah pegawai
4.    Upacara peresmian / pembukaan gedung baru
5.    Peresemian pembukaan seminar, symposium, diskusi dan sebagainya.
Jenis kegiatan yang bersifat Universitas/ Perguruan Tinggi:
1.     Upacara Dies Natalis
2.     Upacara Wisuda Sarjana
3.     Upacara Pengukuhan Guru Besar
4.     Upacara Promosi Doktor / Doktor Honoris Causa.


Review Manajemen Strategi

REVIEW BUKU PENGANTAR PUBLIC RELATIONS: TEORI DAN PRAKTIK (KEITH BUTTERICK) Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Public Relat...